Antara sebuah impian, menghadapi tukang dan tukang insinyur....

Memiliki rumah sendiri adalah suatu impian bagi sebuah keluarga baru, tidak terkecuali dengan saya. Impian memiliki rumah sendiri merupakan impian yang sangat saya idam-idamkan sejak saya mulai berkeluarga. Keinginan itu makin bertambah dengan kelahiran putri pertama saya.


Kendala utama sebenarnya adalah masalah keuangan karna untuk membeli sebuah rumah walaupun dengan tipe yang kecil sekalipun untuk ukuran saya sangat berat karna harus menyediakan uang muka yang tidak sedikit....(bagi saya lho)...trus mau pinjam dimana. Seandainya ada yang mau memberi pinjaman untuk uang muka, berarti tiap bulan harus menyicil 2 kredit sekaligus....cicilan uang muka + cicilan rumah.....alamak...nggak kuat daku.....weleh2.....

Akhirnya gayung bersambut.....suatu hari saya mendengar kabar dari teman2 kantor kalau koperasi di tempat saya bekerja akan melakukan kerjasama dengan salah satu bank swasta untuk pemberian kredit bagi karyawan. Akhirnya sayapun ikut mendaftar untuk mendapatkan kredit tersebut. Setelah sekian lama menunggu karna sistem kolektif, akhirnya kredit tersebut keluar dan saya langsung melunasi rumah yang sekarang saya tempati. Tinggal tiap bulan hanya mencicil di koperasi dan Alhamdulillah sekarang sudah lunas.....senangnya punya rumah....

Mengingat rumah di sebuah komplek perumahan ukurannya tidak cukup untuk sebuah keluarga apalagi seperti rumah saya tipe 21 yang hanya memiliki satu kamar tidur dan satu ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga. Apalagi sekarang ditambah dengan kelahiran putri kedua saya, semakin sempit saja rasanya rumah saya.

Keinginan untuk merenovasipun mulai saya pikirkan....unjung2nya saya harus kembali mengajukan kredit di bank. Setelah kredit keluar sayapun harus melakukan sebuah perencanaan untuk suatu impian kedua yaitu merenovasi rumah saya. Dalam hal ini saya tidak terlalu kesulitan untuk merencanakannya karna kebetulan saya kenal seorang engineer alias tukang insinyur (kalau temankan...bisa nego harga....bahkan bisa gratis....hehehe....). Perencanaanpun mulai dilakukan dengan gambar dan analisa biaya yang disesuaikan dengan kebutuhan ruangan, biaya dan luas tanah. Tidak begitu lama teman saya si tukang insinyur ini menyerahkan gambar beserta analisanya. Tapi sekarang saya dihadapkan pada persoalan baru lagi yatu mencari tukang.... Setelah cari2 info sana-sini akhirnya saya mendapatkan seorang tukang.

Pekerjaan renovasipun mulai dikerjakan dengan pekerjaan awal pondasi. Karna saya menginginkan rumah saya dibagian belakang dua lantai maka harus menggunakan pondasi cakar ayam atau telapak (saya nggak tau apa betul istilah ini....bukan orang teknik sipil sih....hehehe). Nah.....persoalan barupun muncul lagi....si Tukang ini dalam melakukan pekerjaan membuat kolom pada bagian telapak dari kolom tersebut tidak mengikuti gambar dari si tukang insinyur ini. Akhirnya si Tukang Insinyur pun protes ke si Tukang :

Tukang Insinyur, “ Lho kok begitu pak....kenapa tidak sesuai dengan gambar saya”.
Tukang,             “ Ahhh....biaaasa saya ngerjain yang seperti ini....kuat kok”.
Tukang Insinyur, “Trus, taunya kuat atau nggak....gimana pak?”.
Tukang,             ”Lhaa.. itu yang sudah saya bangun nggak ada yang rubuh kok”.
Tukang Insinyur, “Nggak ada yang rubuh mungkin karena kebetulan, pak. Lagipula bapak nggak bisa seenaknya saja membuat seperti itu. Saya sih bisa nggak masalah, yang tinggal disinikan bukan saya. Kasian kalau teman saya ini yang kena akibatnya. Masalah kuat atau nggak kuat, saya berani ngomong di sini. Saya sudah membuktikannya lewat analisis dan hitungan. Makanya harus sesuai dengan apa yang saya gambar pak”.
Si Tukangpun hanya senyum-senyum. Sekilas tersirat ada rasa “tidak mau menerima” penjelasan si Tukang Insinyur tadi. Karna dia merasa lebih tua mungkin. Akhirnya melihat suasana seperti itu sayapun berusaha menengahi. Saya berusaha memberi pengertian kepada si Tukang karna saya juga khawatir di kemudian hari terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap rumah saya. Dalam hal ini saya cenderung mengikuti si Tukang Insinyur karna setau saya biasanya para Tukang hanya mengandalkan pengalamannya saja. Dia hanya belajar dari tukang2 yang lebih senior darinya. Mungkin menurutnya rumah itu kuat jika belum ada riwayat atau pengalaman keruntuhan yang mereka alami. Sementara para Tukang Insinyur selalu dapat mempertanggungjawabkan secara teknis (bukan sekedar pengalaman). Para Tukang Insinyur, sangat jarang mengandalkan pengalaman. tidak pakai kata “biasanya”. Akhirnya setelah saya memberi sedikit pengertian dan mengutarakan kekhawatiran saya, si Tukangpun mau melaksanakan sesuai gambar perencanaan.
Pengalaman seperti yang saya alami ini, saya yakin bukan hanya saya yang mengalaminya, tapi hampir sebagian besar orang yang mengaku pernah mengalaminya, apalagi terhadap orang awam seperti saya.
Saran saya, kalau anda ingin membangun atau merenovasi rumah anda. Sebaiknya memakai jasa engineer alias Tukang Insinyur supaya merasa aman dan tenang selama menempati rumah idaman anda. Usahakan hindari membangun rumah tanpa gambar dan perencanaan yang baik apalagi hanya mengandalkan gambar dan perencanaan dalam otak si Tukang saja....alias “menurut tukang kuat”.....weleh ngeri deh....

2 komentar:

Bima Lanang mengatakan...

Cerita yang membangkitkan semangat.. titip link lenga Software Akuntansi Laporan Keuangan Terbaik

Unknown mengatakan...

Mantap ceritanya.. saya juga lagu kukiah teknik sipil. Bagus juga buat nambah wawasan. Thanks